Festival Seni dan Budaya FTK 2025 adalah agenda tahunan yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FTK sebagai bagian dari program kerja Divisi Minat dan Bakat. Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari, dari tanggal 3 hingga 5 Mei 2025, di halaman utama kampus FTK UNESA Lidah Wetan. Festival ini mengusung tema “Teknologi untuk Budaya, Budaya untuk Masa Depan”, yang mencerminkan sinergi antara kemajuan teknologi dengan pelestarian budaya lokal.
Acara ini melibatkan lebih dari 300 mahasiswa dari berbagai program studi di lingkungan FTK, serta mengundang pelajar SMA/SMK, dosen, seniman https://ftkuinsgd.ac.id/ lokal, dan masyarakat umum. Rangkaian kegiatan festival meliputi pertunjukan seni tradisional, pameran kerajinan tangan, lomba tari daerah, workshop batik digital, hingga bazar makanan khas Nusantara.
Tujuan dan Spirit Kegiatan
Menurut Ketua Pelaksana, Annisa Widyaningrum, mahasiswa Pendidikan Tata Busana angkatan 2021, kegiatan ini bertujuan untuk menanamkan kembali rasa cinta terhadap warisan budaya di kalangan generasi muda, khususnya mahasiswa yang berasal dari disiplin ilmu teknologi dan kejuruan.
Annisa menyampaikan bahwa pelestarian budaya bukan hanya tugas seniman atau budayawan, tetapi tanggung jawab semua elemen bangsa, termasuk akademisi dan mahasiswa.
Festival ini juga bertujuan sebagai bentuk integrasi antara dunia pendidikan vokasi dan nilai-nilai budaya lokal. Mahasiswa tidak hanya belajar teori di kelas, tetapi juga diajak untuk memahami makna budaya melalui praktik langsung dan interaksi sosial dengan para pelestari budaya.
Ragam Kegiatan yang Memikat
Salah satu kegiatan yang menjadi sorotan utama adalah pertunjukan seni dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Seni FTK, yang membawakan tarian Remo, Tari Saman, dan drama musikal berjudul “Legenda Sawunggaling”. Drama ini ditulis dan dipentaskan oleh mahasiswa sendiri dengan sentuhan teknologi berupa latar digital dan efek suara interaktif, yang memberikan pengalaman baru bagi penonton.
Selain pertunjukan tari dan musik, terdapat juga pameran kerajinan hasil karya mahasiswa Teknik Sipil dan Pendidikan Teknik Bangunan yang mengangkat desain rumah adat dari berbagai daerah Indonesia dalam bentuk miniatur 3D. Penggunaan printer 3D dalam pembuatan model tersebut menjadi simbol perpaduan antara inovasi teknologi dan kearifan lokal.
Di area lain, mahasiswa Pendidikan Tata Busana menampilkan karya batik modern hasil olahan desain komputer. Mereka juga mengadakan workshop membatik dengan teknik eco-print, yang menjadi favorit pengunjung karena ramah lingkungan dan mudah diterapkan.
Workshop seni lainnya yang tak kalah menarik adalah pelatihan wayang digital yang diselenggarakan oleh mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika. Dalam pelatihan ini, peserta belajar membuat animasi karakter wayang menggunakan software desain grafis, serta mendigitalisasi cerita-cerita pewayangan dalam format interaktif.
Melibatkan Komunitas dan Seniman Lokal
Keunikan Festival Seni dan Budaya FTK 2025 terletak pada kolaborasi lintas generasi. Mahasiswa melibatkan para seniman lokal, pengrajin batik, dan budayawan dari daerah Surabaya, Mojokerto, dan Lamongan untuk mengisi sesi diskusi budaya dan pelatihan keterampilan.
Salah satu narasumber yang hadir adalah Bapak Sugeng Rahayu, seorang dalang muda dari Mojokerto, yang menyampaikan pentingnya regenerasi seniman tradisional melalui pendekatan digital. Ia mengapresiasi semangat mahasiswa FTK dalam mengembangkan karya seni dengan inovasi teknologi.
Melalui kerja sama ini, mahasiswa tidak hanya belajar tentang budaya dari buku atau media sosial, tetapi secara langsung menyerap nilai, etika, dan filosofi di balik kesenian tradisional. Inilah bentuk pembelajaran kontekstual yang memperkaya karakter dan wawasan mahasiswa.
Dampak Positif Bagi Mahasiswa dan Lingkungan
Festival ini memberikan dampak yang luas, tidak hanya bagi mahasiswa tetapi juga bagi lingkungan sekitar kampus. Banyak mahasiswa mengaku bahwa kegiatan ini menjadi pengalaman pertama mereka terlibat dalam kegiatan kebudayaan secara langsung. Hal ini membangkitkan kesadaran akan pentingnya mempertahankan identitas budaya di tengah era digitalisasi yang serba cepat.
Salah satu peserta workshop, Rizki Firmansyah, mahasiswa Teknik Mesin angkatan 2022, mengatakan bahwa kegiatan ini membuka wawasannya bahwa budaya tidak harus kuno atau kolot, tetapi bisa dihidupkan kembali dengan sentuhan teknologi.
Bagi masyarakat sekitar kampus, festival ini menjadi hiburan sekaligus ajang edukasi yang menyenangkan. Banyak anak-anak dan pelajar yang hadir untuk menyaksikan pertunjukan serta mengikuti pelatihan seni yang disediakan. Bahkan beberapa sekolah diundang secara khusus untuk membawa siswanya agar ikut merasakan atmosfer budaya kampus yang inklusif dan kreatif.
Dukungan Fakultas dan Komitmen Jangka Panjang
Dekan FTK, Dr. Budi Santosa, M.T., menyampaikan apresiasinya atas inisiatif mahasiswa dalam menyelenggarakan kegiatan ini. Ia menyebut bahwa kegiatan seperti ini sejalan dengan visi FTK untuk mencetak lulusan yang tidak hanya kompeten dalam bidang keilmuan, tetapi juga memiliki karakter dan kepedulian terhadap budaya bangsa.
Dalam sambutannya saat pembukaan festival, beliau menegaskan bahwa seni dan budaya memiliki peran penting dalam membentuk identitas dan integritas seorang insan akademik. Oleh karena itu, fakultas berkomitmen untuk terus mendukung kegiatan semacam ini secara berkelanjutan, bahkan mendorong mahasiswa untuk memasukkan unsur budaya dalam tugas akhir atau proyek inovasi mereka.
Menjadi Agenda Tahunan dan Inspirasi Kampus Lain
Melihat antusiasme yang tinggi dari mahasiswa dan masyarakat, serta hasil positif yang dicapai, Festival Seni dan Budaya FTK direncanakan menjadi agenda rutin tahunan yang lebih besar dan terbuka untuk skala nasional. Tahun depan, panitia berencana mengundang delegasi dari kampus lain untuk berkolaborasi dalam pertunjukan lintas budaya dan teknologi.
Festival ini juga menjadi inspirasi bagi fakultas lain di UNESA untuk mengangkat kembali nilai-nilai seni dan budaya sebagai bagian dari pembentukan karakter mahasiswa. Beberapa dosen dari fakultas lain bahkan mengusulkan integrasi tema budaya dalam mata kuliah umum seperti Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan.
Penutup
Kegiatan seni dan budaya yang diselenggarakan oleh mahasiswa FTK bukan hanya sekadar hiburan atau acara seremonial. Lebih dari itu, kegiatan ini adalah manifestasi dari kepedulian generasi muda terhadap akar budayanya sendiri. Di tengah derasnya arus globalisasi dan modernisasi, upaya pelestarian budaya menjadi sangat penting untuk menjaga jati diri bangsa.
Dengan menggabungkan semangat inovasi dan cinta budaya, mahasiswa FTK telah menunjukkan bahwa pelestarian budaya bukanlah milik masa lalu, melainkan tanggung jawab masa kini untuk masa depan. Teknologi dapat menjadi jembatan, bukan penghalang, dalam menjaga warisan budaya yang kita miliki.
Melalui aksi nyata seperti ini, harapan untuk Indonesia yang maju, cerdas, dan tetap berakar pada nilai-nilai budaya akan selalu hidup dan menyala.